miss you

miss you
tweety

Jadikan pendidikan sebagai prioritas..

Pages

Friday 25 January 2013

RESUME FGD II "pmp omk penalaran UNM"


PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TANPA MAKNA
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dikatakana sebagai pencitraan??
246
            Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di katakan mengalami peningkatan dan cenderung stabil  beberapa tahun terakhir ini. Di buktikan dengan munculnya berbagai pernyataan yang mendukung kebenaran hal tersebut., termasuk dari kalangan pemerintahan yang sedang ramai menggombar-gambirkan tentang peningkatan perekonomian Indonesia, belum lagi data-data dari Bank dunia yang mendukung kebenaran hal tersebut. Tapi apa yang di rasaka public sekang ini… mereka bahkan tidak pernah merasakan yang namanya sejahtera.,malahan mereka cenderung acuh tak acuh mengenai hal tersebut, betapa tidak, di tengah maraknya isu-isu mengenai peningkatan perekonomian Indonesia, Rakyat Indonesia masih bergelut dengan persoalan-persoalan yang menunjukkan ketidaksejahteraan yang mereka alami. Angka kemiskinan masih cukup tinggi, bahkan terus bertambah tiap tahunnya, angka pengangguran yang semakin membengkak, hutang luar negeri yang masih menggergoti dan banyak persoalan pelik lainnya. Otomatis bisa di katakana bahwa peningkatan perekonomian Negara ini benar-benar tidak berarti apa-apa bagi rakyatnya.
            Indonesia sebenarnya merupakan Negara yang kaya, kaya akan sumberdaya alam yang sebenarnya jika di kelola dengan baik, tentu akan banyak menimbulkan manfaat bagi masyarakat luas. Tetapi permasalahan yang ada sekarang ini adalah, masyarakat tidak mampu mengelola sumber daya alam yang ada di Negara ini, mereka cenderung memperlihatkan ketidakmandiriannya dengan mendatangkan para pengusaha asing untuk mengelolah sumber daya alam yang ada dinegeri ini, bisa dikatakan rakyat Indonesia masih kurang percaya diri untuk mengelolah hasil bumi yang ada di negaranyasendiri, di samping itu, memang sumber daya Manusia yang berkompeten dan berkeahlian untuk mengolahnya masih sangat terbatas. Padahal, jika Rakyat Indonesia sadar untuk mengelolah Sumber Daya Alamnya sendiri, bisa jadi lambat laun Negara ini akan semakin maju. Untuk itu,solusi yang tepat untuk mengatasi ketimpangan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah, Pemerintah harus mengupayakan menyediakan Sumber Daya Manusia yang berkompeten utnuk mengelolah Sumber Daya Alam yang ada di Negara ini.



Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi[1].
JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Presiden RI BJ Habibie menyindir kinerja perekonomian Indonesia saat ini. Menurut dia, banyak kinerja perekonomian Indonesia yang belum berpihak ke masyarakat kecil."Ekonomi Indonesia itu paradoks. Banyak terjadi ketimpangan," kata Habibie di Jakarta, Kamis (17/1/2013).Habibie mengatakan, kinerja perekonomian Indonesia lebih banyak melirik sisi makro dibandingkan dengan mikro. Padahal, sebagian besar masyarakat Indonesia justru hidup di sisi mikro, khususnya dalam hal usaha.Habibie juga mengkritik bahwa perekonomian Indonesia lebih mengandalkan sumber daya alam (SDA) dibandingkan dengan mengeksplorasi sumber daya manusia (SDM). Indonesia dinilai belum bisa bertindak seperti negara maju yang lebih mengolah tenaga SDM untuk bisa memajukan negara."Kondisi ini mengakibatkan sektor pertanian ditinggalkan. Mereka tidak diberikan lapangan kerja sehingga mereka justru ramai-ramai ke kota ataupun ke luar negeri untuk menjadi TKI ataupun TKW," katanya.Dalam hal perdagangan, Indonesia juga hanya berorientasi pada neraca pembayaran dan neraca perdagangan. Padahal, untuk bisa produktif atau tidak, hanya bisa dilihat dari produktivitas jam kerja. Hal ini akan dengan sendirinya mengangkat neraca perdagangan dan pembayaran dalam negeri."Selain itu, para pemimpinnya lebih mengutamakan citra dan hanya berwacana daripada kerja nyata," katanya[2]. Memang Pertumbuhan eknomi Indonesiamengalami ketimpangan, dimana hanya masyarakat minoritas saja yang merasakan efek dari peningkatan perekonomianitu sendiri, sedangkanmasyarakat pada kalangan mayoritas dalam hal ini masyarakat yang berstatus menengah ke atas sama sekali tidaktersentuh oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi itu sendiri, justru yang muncul ke permukaan sekarang ini adalah fakta-fakta yang menunjukkanketidaksejateraan yang di alami oleh bangsa ini, di buktikan dengan masih melambungnya angka kemisikinan,pengangguran, serta nominal hutang luar negeri yang tidak sedikit yang dimiliki oleh Negara ini, belum lagi masalah-masalah lain yang masih belum bisa teratasi. Masalah-masalah tersebut tentu tidak aka nada penyelesainnya jika pemerintah tidakmemiliki strategi yang baik untuk menyelesaikannya,pemerintah sekarang ini cenderung sangat puas dengan data-data yang naik ke permukaan mengenai pertumbuhan eknomi Indonesia yang membaik, behkan bisa di katakan stabil, menurut pengamatan saya, pemerintah menilai angka pertumbuhan ekonomi itu sudah cukup membuktikan bahwa system yang sekarang sudah sangat baik dan dapat menjamin kehidupanmasyarakat yang ada sudah cukup baik pula, padahal jika kita mengkaji  lebih dala lagi akan fakta yang ada di lapangan, angka-angka yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi ini cenderung hanya dirasakan sebagai pencitraan semata.
Berdasarkan data dari Departemen keuangan Indonesia, Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang relative stabil dari tahun ke tahun, bahkan menmpati urutan kedua setelah Cina dan dan mengalahkan india di urutan ketiga. Tetapi ini semacam prestasi yang tidak memiliki arti apa-apa, tatkala efek yang ditimbulkan hanya di rasakan seara kuantitatif, itupun pada kalangan mayoritas saja, dan cenderung tidak di rasakan secara kualitatif. Menurut salah satu peserta FGD II dalam diskusi yang kami laksanakan pada waktu lalu, ada yang berpendapat bahwa Pertumbuhan eknomi Indonesia cukup di rasakan secara kualitatif, di buktikan dengan perayaan tahun baru yang mayoritas di rayakan oleh masyarakat dari kalangan menengah kebawah. Sedangkan menurut data tentang kemiskinan yang ada masih menunjukkan angka yang cukup membuktikan bahwa rakyat Indonesiamasih di sandera oleh kemiskinan. Bank Dunia (World Bank) memperkirakan, walaupun pertumbuhan ekonomi dunia cenderung melemah, ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu mempertahankan pertumbuhan investasi.Dalam laporan Triwulanan Perkembangan Ekonomi Indonesia edisi bulan Desember 2012, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1 persen untuk tahun 2012, sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 6,3 persen. Proyeksi ini mengasumsikan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi masih bertahan kuat, dengan membaiknya pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia secara bertahap yang juga sedikit mendorong pemulihan ekspor.“Outlok ekonomi dunia masih dibayangi ketidakpastian dan rentan terhadap tekanan-tekanan, jadi ini bukan waktu untuk berpuas diri,” kata Stefan Koeberle, World Bank Country Director untuk Indonesia sebagaimana diublikasikan World Bank hari ini..[3]
Masalah Pertumbuhan ekonomi yang mengalami ketimpangan harus di tangani dengan serius oleh pemerintah, dengan pemerataan  pembangunan yang efektif di lakukan di setiap daerah, baik di pusat maupun di daerah dan pemberdayaan sumber daya manusia yang di harapkan mampu mengolah sumber daya alam secara maksimal, serta peningkatan sarana dan prasarana untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah, ini mungkin bisa di jadikan langkah awal sebagai upaya peningkatan kesejateraan masyarakat. Selain itu, budaya pembangunan di Indonesia harus dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat dan pelibatan peran aktif masyarakat. Utamanya, tentu, masyarakat miskinnya, mulai dari perencanaan program pembangunan baik penentuan kebijakan dan anggarannya, maupun pelaksanaan program serta monitoring dan evaluasinya. Kemudian khusus untuk pemenuhan hak dasar penduduk miskin secara langsung diberikan pelayanan antara lain dengan pemberian pendidikan gratis bagi penuntasan wajib belajar 9 tahun.Langkah-langkah penyelesaian yang dapat di tempuh untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada ini, tentu harus dilakukan dengan kerjasama semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat luas. Dengan semangat baru yang bisa di timbulkan dari manfaat-manfaat yang akan di tibulkan dari langkah-langkah penyelesaian tersebut, di perkirakan, pemerintah dan masyarkat akan mampu menggalang hubungan-hubungan yang baik untuk menempuh semua solusi demi pencapaian tujuan dari solusi itu sendiri.   Karena apalah arti deretan angka yang menunjukkan kestabilan perekonomian di suatu Negara bila masyakatnya tidak merasakan kesejahteraan. Pada intinya, pemerintah harus senangtiasa mengambil langkah yang brilian untuk mengatasi setiap permasalhan yang ada di negera ini. Jika pemerintah tidak ingin semua kabar pertumbuhan ekonomi yang di alami negeri ini di anggap sebagai pencitraan semata, seharusnya pemerintah mampu memunculkan buktinyata yang bisa mendukung data mengenai peningkatan perekonomian itu sendiri.



[1] Pertumbuhan ekonomi “http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi
[2] Kompas. “pernyataan BJ.Habibie”
[3] Desk Informasi “Bank Dunia Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2013 Capai 6,3 Persen”

Tuesday 22 January 2013

kisah sang muslimah sejati ... ^_^


Kisah Indah Malam Pertama Seorang Pengantin Muslimah

17 Jun
Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Namun tak lama berselang dia mendengar suara azan Isya berkumandang dan dia sadar kalau wudhunya telah batal. Dia berkata pada ibunya:
“Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya terkejut dengan berkata: “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.”
Lalu ibunya menambahkan: “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah kepadamu”
Sang anak membalas: “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta!”
Ibunya pun berkata: “Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentangmu, ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu”
Sang anak membalas dengan tersenyum: “Apakah ibu takut karena saya tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, saya tidak akan tampak cantik di mata-Nya”.
Setelah mengatakan itu, dia tetap berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu. Kemudian ia memulai shalatnya. Dan pada saat bersujud, dia tidak menyadari bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya. Pengantin wanita itu pun wafat dengan cara yang indah, yaitu bersujud di hadapan Pencipta-Nya. Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud, sehingga menjadi akhir kehidupan yang luar biasa bagi seorang Muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Subhanallah… Kisah di atas menunjukkan bahwa di dunia ini masih tersisa kebaikan, kebenaran dan kemuliaan. Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir, Arab Saudi. Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah SWT dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama dan utama. Sehingga menjadi sebuah fenomena yang luarbiasa masih terjadi di tengah pola kehidupan duniawi yang terus di agungkan oleh sebagian besar manusia. Sehingga patut menjadi tolak ukur dan penyemangat diri – terutama kaum Muslimah – bahwa mengikuti perintah-Nya adalah yang terbaik sebagai manusia dan tetap indah.
Tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak takut kepada Allah SWT. Dan ketakutan yang telah di contohkan oleh pengantin wanita di atas adalah kebenaran. Inilah sikap yang akan menyelamatkan seseorang di akherat kelak. Di waktu yang penuh sesak dan tiada kesempatan untuk memperbaikinya. Sehingga mulai sekaranglah wahai saudariku tercinta engkau berbenah diri, merubah kebiasaan dan pola kehidupan yang terus menduniawi ini. Pikirkan tentang kehidupan akheratmu nanti, tentang bagaimana bisa engkau memperoleh kebaikan sementara engkau tidak berbuat baik yang sesuai ketetapan-Nya.
Benar adanya, bahwa sikap seperti pengantin wanita di atas itu sulit dan tidak sedikit yang mengabaikannya, tetapi yakinlah masih ada di antara kita yang mau melakukannya. Mereka memilih bahwa kehidupan ini harus di tempatkan pada posisi yang tepat. Pada keadaan bahwa ia hanyalah seorang hamba yang harus selalu patuh hanya kepada Tuhannya. Apapun resikonya ia tidak peduli, karena yang diinginkannya adalah mengabdi dan mencintai Tuhannya saja. Sehingga berakhirlah kehidupannya dalam keindahan. Sungguh indah dan mulia.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah” (HR. Muslim)
Ya. Siapapun dari Muslimah yang menginginkan perjalanan hidupnya di akherat menjadi indah dan mudah, maka ia harus mencontoh sikap pengantin wanita di atas, karena demikianlah yang di lakukan oleh para wanita shalihah. Kaum Muslimah yang menjadi idaman bagi sosok yang shalih karena telah mengikuti jejak para Nabi. Hamba Allah yang kelak akan berdiri di belakang Fathimah Az-Zahra RA, karena menjadi penghuni Syurga selamanya.

referensi/sumber :
Yogyakarta, 17 Juni 2012
Mashudi Antoro (Oedi`)

Sunday 20 January 2013

FGD I ku "seleksi PMP OMK PEnalaran UNM"


SOSOK PEMIMPIN INDONESIA PILPRES 2014
Peran seorang Presiden dalam mengatasi permasalahan bangsanya
No.Tes : 246
            Presiden  adalah seseorang yang menjadi tonggak berdirinya suatu Negara, Negara tanpa seorang pemimpin tidak akan pernah berjalan sebagai mana mestinya. Ditengah permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh bangsa ini, tentu kita sabagai elemen yang berada didalamnya akan bangga dan bahagia, jika kita di naungi oleh seorang pemimpin yang betul-betul mampu menyelesaikan permaslahan yang sedang kita hadapi sampai saat ini, Tak bisa di pungkiri bahwa Indonesia adalah negeri yang penuh dengan intriks-intriks politik hitam didalam lingkungan birokrasinya,sehingga rakyatnya belum bisa mencapai tingkat standar kemakmuran sebagaimana yang dicita-citakan, selain itu, Bangsa ini juga memiliki berbagai macam permasalahan, bahkan hampir di semua aspek, utamanya adalah persolan kesejahteraan rakyatnya yang semakin tidak karuan. Ironis memang, Negara yang dulu di prediksikan sebagai macan Asia, kini seakan kehilangan taringnya.
Bangsa ini membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar berjiwa pejuang, memerangi setiap permasalahan yang di hadapi bangsa ini, permasalahan bangsa yang sedemikian rumitnya,seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi dan banyak lagi, jadi meurut saya, sebelum menyelesaikan permasalahan dari aspek-aspek yang mengkhusus lagi dalam suatu Negara,sebaiknya system pemerintahan yang ada dalam Negara itu harus bersih terlebih dahulu, Untuk itu dibutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar mampu mejalankan tugas dan tanggung jawabanya sebagai mana mestinya, mampu menciptakan system pemerintahan yang bersih. Seorang pemimpin yang di harapkan bukanlah seseorang yang  memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi, tetapi pemimpin yang di maksud disini adalah,seorang pemimpin yang benar-benar mengerti apa yang sebenarnya di butuhkan bangsanya, seorang pemimpin yang senantiasa mengayomi rakyatnya , lapar sebelum rakyatnya, dan kenyang setelah rakyatnya.
            Kemiskinan dianggap sebagai akar dari segala permasalahan sosial kependudukan yang memiliki efek luar biasa bagi Indonesia. Harus diakui bahwa hingga saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat tinggi. Upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin adalah dengan memberikan fasilitas rusunawa yang pada kenyataannya banyak salah sasaran, memberikan BLT (bantuan langsung tunai) yang ternyata tidak banyak membantu masyarakat, hingga pemberian aneka subsidi untuk masyarakat miskin. Berbagai langkah tersebut pada kenyataannya tidak bisa membuat jumlah penduduk miskin di Indonesia menjadi berkurang. Karena solusi idealnya adalah dengan memberikan mereka pekerjaan tetap dengan gaji yang memadai sehingga mereka bisa hidup lebih layak[1]. Ini bukan perkara yang mudah bagi pemerintah, mengingat solusi yang demikian adalah solusi yang cukup sulit di laksanakan dalam kondisi keuangan yang semakin terpuruk, belum lagi mengenai hutang luar negeri yang di miliki oleh bangsa ini. Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana menyelsaiakn segala permasalhan bangsa ini ? menurut saya, salah satu cara penyelesaian akar dari semua masalah yang di hadapi oleh bangsa ini adalah meningkatkan kualitas pendidikan yang ada,mengingat Indonesia sebenarnya merupakan Negara yang kaya akan Sumber daya Alam, tetapi karena kualitas pendidikan yang ada dinegara ini masih sangat rendah, mengingat ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di Negara ini tidak signifikan, Sumber daya alam yang adapun seolahtidak berguna dan tidak banyak di rasakan oleh masyarakat. Di butuhkan Sumber daya manusia yang benar-benar berkompeten untuk mengolah Sumber daya Alam yang ada di Negara ini, tetapi Sumber daya manusia yang saya maksud disini adalah Sumber daya manusia dari bengsa ini,  ketidakmandirian bangsa ini salah satunya di tunjukkan dengan di datangkannya para tangan-tangan asing yang mengelola Sumber Daya Alam negeri ini,padahal alangkah bangganya kita sebagai Rakyat Indonesia jika yang mengelola Sumber Daya Alam yang ada di Negara kita adalah orang-orang dari bangsa kita sendiri, dengan begitu merebaknya jumlah pengangguran yang ada dinegara ini pun bisa teratasi. Sebenarnya permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini masih sangat sulit untuk di bereskan,, mengingat permasalahan yang ada sudah terlalu banyak,bahkan sampai mengakar ke berbagai aspek kehidupan.Di butuhkan seorang pemimpin yang benar-benar bersih, bertanggungjawab,  bijak, tegas dan yang paling penting merakyat,merakyat dalam arti seorang pemimpin harus memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh bangsanya. Memastikan kesejahteraan rakyatnya, dan selalu mengayomi bangsanya. Telah banyak bermunculan nama-nama yang di prediksikan turut andil dalam PILPRES 2014 mendatang, seperti nama yang satu ini “Rhoma Irama”, masyarakatpun banyak yang pro dan kontra mengenai munculnya nama ini. “Setiap orang berhak menjadi sesuatu jika memang dia mampu dan memenuhi syarat dan konstituen yg berlaku...!!! Karna yang akan memimpin nantix bukan suara ataupun alunan lagux, melainkan kapasitas n integritasx,dan tak ada aturan yang berlaku dinegara ini yang melarang seorang penikmat seni untuk turut andil dalam sebuah kompetisi termasuk pemilihan CAPRES ini”[2],kata salah seorang yang pro terhadap isu pencalonan Rhoma Irama pada Pilpres 2014 mendatang. “siapa pun bisa jadi pemimpin, karena ini negara demokrasi, cuma di lihat lagi, apakah ia mempunyai kapasitas yg mumpuni untuk menjadi seorang presiden RI, karena yg menjabat itu, bukanlah orang sembaran, butuh intelektual yg luas, baik intelektual akademik maupung intelektual dalam mengadapi masyarakat.”[3], (beberapa pendapat yang pro terhadap pencalonan Rhoma Irama ini saya ambil dari proses wawancara dalam media social.). kebanyakan yang kontra terhadap isu tersebut mengeluarkan pendapat yang sifatnya mengejek, tidak yakin akan kemampuan yang dimiliki Bang Haji, demikian masyarakat luas memanggilnya hahaha mau jadikan indonesia republik dangdut? terus mau rebut Ani dari tangan SBY hehehe[4], canda salah satu teman yang sempat saya tanyai mengenai hal ini. Masyarakat boleh pro dan kontra terhadap hal ini,karena Negara Indonesia menganut asas demokratis,jadi menurut saya semua warga Negara berhak mencalonkan diri sebagai Presiden, tinggal masyarakatlah yang menentukan siapa dan pemimpin yang bagaimana yang mereka butuhkan, masyarakat juga sudah cukup cerdas dalam memilih, karena mnurut saya masyarakat sudah sangat paham dan sudah sekian lama menjadi pengamat di tengah hiruk pikuk yang terjadi dalam Bangsa ini. Lantas mekanisme kepemimpinan yang bagaimana yang cocok di terapkan dinegara ini,? Apakah Indonesia dengan system Negara demokrasi mampu membawa rakyatnya sebagai penikmat kata “sejahtera”. Ataukah sistemnya sudah cocok, tetapi orang-orang yang menjalankan sistemnya yang harus dirombak,dalam hal ini orang-orang yang ada di balik berjalannya system pemerintahan harus benar-benar bersih dan memiliki kesadaran akan pentingnya peranan wakil rakyat dalam membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi. Tudingan yang menyatakan bahwa lemah nya kepemimpinan seseorang dikarenakan faktor internal yang hinggap dalam pribadi nya, boleh jadi ada benar nya. Pribadi yang lemah, seringkali menjadi penyebab seorang pemimpin tidak mampu bersikap tegas dan berani mengambil resiko. Lingkungan dimana diri nya dibesarkan yang semerawut, juga dapat saja menjadi faktor pendorong lemah nya kepemimpinan seseorang. Oleh karena itulah, dalam upaya membangun gaya kepemimpinan yang mampu "mengharmonikan" berbagai latar belakamg kehidupan, berbagai kepentingan dan kebutuhan serta berbagai tuntutan dan aspirasi, maka sangatlah dibutuhkan adanya sikap, tindakan dan pengetahuan yang cerdas terhadap isyarat-isyarat jaman yang sedang menggelinding dari seorang pemimpin. Termasuk di dalam nya tentang sosok pemimpin yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia sekarang dan masa depan.Dalam diskusi yang telah di laksankan mengenai sosok pemimpin dalam Pilpres 2014 mendatang, banyak pendapat yang muncul mengenai sosok yang bagaimana seharusnya pantas menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014 mendatang. “sosok calon presiden yang pantas maju dalam Pilpres 2014 mendatang intinya harus memahami nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila merupakan dasar berdirinya Negara ini, dengan pemahaman yang utuh terhadap nilai-nilai pancasila yang tertera pada UUD 1945, seorang pemimpin di harapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di Negara ini[5]., cetus salah satu peserta diskusi FGD yang ada pada saat itu. Dengan merebaknya isu tentang nama-nama calon presiden yang bermunculanke permukaan sampai saat ini, masyarakat Indonesia juga di sibukkan dalam dilema besar, “Pantas atau tidak”, menurut saya, masyarakat tidak usah di sibukkan dengan kata yang semacam itu, tetapi disini masyarakat harus menjadi masyarakat yang cerdas dalam artian, harus bersikap realistis tentang bagaimana sosok calon pemimpin yang di butuhkan oleh bangsa ini, ditengah berbagai permaslahan yang sudah ada, sekiranya masyarakat sudah sangat paham dalam menentukan pemimpin yang seperti apa?? Cuman mungkin yang harus di garis bawahi disini, siapapun yang nantinya terpilih menjadi presiden, tentu akan membawa nahkoda-nahkoda serta prajurit-prajurit kepemerintahan untuk ikut andil dalam melaksanakan visi dan misinya sebagai orang nomor satu di Negara ini, jadi orang-orang yang ada dalam naungan sang Presiden dalam proses kepemerintahan juga tidak boleh lepas dari pengamatan, mengingat inilah yang sudah terjadi pada masa sekarang ini. Jadi menurut saya,pemimpin yang baik adalah,pemimpin yang menganut prinsip “Lapar sebelum bangsanya, dan Kenyang setelah bangsanya”.


[1] Media online “permasalahan bangsa Indonesia”.www.kompasiana.com
[2] A. Muhammad Irsyad Aco, dalam wawancara di media sosial
3 Muin Al-Khatini, dalam wawancara di  media sosial
[4] “Nurul afdhani”, dalam wawancara di media sosial
[5] Pernytaan salah seorang peserta diskusi dalam forum FGD I

Sejarah penyusunan Al-Qur'an



Makalah Sejarah Penyusunan Al Quran
Oleh: Ibrahim Lubis

A. Pengertian Al Quran

Al-Qur’ān (ejaan KBBI: Alquran, Arab: القرآن) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5[1].

Secara Etimologi Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya: “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”

Sedangkan secara terminologi menurut Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.

Sedangkan Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dapat disimpulkan bahwa Al Quran merupakan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi muhammad SAW melalui malaikat Jibril AS dan membacanya merupakan suatu ibadah. Firman allah yang disampaikan selain kepada nabi muhammad saw seperti kitab taurat (Nabi Musa), kitab Injil (Nabi Isa) dan kitab zabur (nabi Daud)tidak termasuk al Quran dan tidak ibadah apabila membacanya.


B. Nama-nama lain Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

1. Al-Kitab QS(2:2),QS (44:2)
2. Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
4. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat): QS(10:57)
5. Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
6. Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
7. Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
8. Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
9. At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
10. Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
11. Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
12. Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
13. Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
14. Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
15. An-Nur (cahaya): QS(4:174)
16. Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
17. Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
18. Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)


C. Struktur dan pembagian Al-Qur'an

1. Surat, ayat dan ruku'

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

2. Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.

Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.[rujukan?]

3. Juz dan manzil

Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

4. Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:


a) As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus

b) Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
c) Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
d) Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya


D. Sejarah Al Quran hingga berbentuk mushaf

Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[2]. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

1. Penurunan Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

2. Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

3. Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Rasullulah SAW

Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

4. Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin

Pada masa pemerintahan Abu Bakar

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:“ Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'." ”

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).


E. Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

1. Terjemahan

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:

· Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002

· Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
· An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
· Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam

Terjemahan dalam bahasa Inggris antara lain:

· The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
· The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall


Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:

· Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
· Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
· Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
· Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
· Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
· Al-Amin (bahasa Sunda)
· Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh KH Abdul Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa Benteng Sidrap Sulsel)


2. Tafsir

Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.


F. Adab terhadap Al-Qur'an

Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas. Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci. Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.

1. Pendapat pertama

Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.

Terjemahannya antara lain: 56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)

Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

2. Pendapat kedua

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.

Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci/bersih, yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek). Kenyataannya Allah berfirman : Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan, yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).

“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci”[3] Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”[4]


http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/12/sejarah-penyusunan-al-quran.html